BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang harus dikuasai yakni, menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Secara umum, keterampilan menyimak dan
berbicara adalah keterampilan yang menggunakan bahasa lisan sedangkan
keterampilan membaca dan menulis adalah keterampilan yang menggunakan bahasa
tulis dengan melibatkan pola berpikir dengan baik.
Keterampilan
menulis memiliki arti yang sangat penting bagi dunia pendidikan dan kehidupan
bermasyarakat untuk berkomunikasi dengan baik secara langsung ataupun secara
tidak langsung. Dengan demikian, siswa dapat menuangkan semua ide, gagasan,
pendapat, maupun perasaan yang dimiliki secara kreatif dalam sebuah tulisan
yang indah. Disisi lain, dengan menulis kita dapat mengembangkan pola berpikir
yang baik dengan kreativitas siswa.
Namun,
pada kenyataannya siswa terkadang sulit untuk mencari ide dalam menuangkan
idenya dalam mengawali tulisannya secara runtut. Selain itu, siswa juga sering
melakukan kesalahan–kesalahan dalam menulis, terutama menulis paragraf dalam
sebuah karangan.
Berbicara
tentang karangan baik berupa karangan pendek maupun panjang maka mau tidak mau
siswa harus berbicara mengenai beberapa hal atau masalah disekitar karangan
tersebut. Yang pertama adalah tentang topik yang menjadi isi karangan. Masalah
yang kedua adalah pengorganisasian karangan. Di dalam pengorganisasian
karangan, siswa sering melakukan kesalahan–kesalahan terutama dalam menulis
paragraf. Selain itu, kurangnya pemahaman mengenai ciri paragraf yang baik
menyebabkan siswa sulit menghasilkan paragraf yang baik. Oleh karena itu,
penulis ingin membahas tentang apa-apa saja kesalahan yang terdapat dalam
paragraf.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan paragraf?
2.
Apa saja bagian-bagian dari paragraf?
3.
Bagaimana kesalahan yang terdapat dalam
paragraf?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian paragraf.
2.
Untuk mengetahui bagian-bagian dari
paragraf.
3.
Untuk mengetahui kesalahan yang terdapat
dalam paragraf.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf
adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat
di dalam paragraf itu harus disusun secara runtun dan sistematis, sehingga
dapat menghubungkan kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya. Sebuah paragraf
harus menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh serta memiliki pengertian yang
logis antar kalimatnya. Sebuah paragraf juga harus memiliki ide utama atau
pikiran pokok itu. Tanpa ide pokok, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat
dianggap sebagai sebuah paragraf.
B. Ide Utama dan Kalimat Utama paragraf
Sebuah paragraf itu mutlak harus memiliki ide utama
atau ide pokok, karena ide pokok sebuah paragraf inilah yang akan menentukan
wujud dari paragraf itu. Di dalam sebuah paragraf tidak mungkin terdapat lebih
dari satu ide pokok atau ide utama. Paragraf yang tidak memiliki ide pokok
sesungguhnya tidak dapat dianggap sebagai paragraf. Bentuk kebahasaan itu hanya
merupakan untaian yang kontruksi atau bentuknya menyerupai paragraf.
C. Kalimat Penjelas
Unsur penting dalam sebuah paragraf adalah unsur
kalimat penjelas (support sentences). Dapat dikatakan sebagai kalimat penjelas
karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut
ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut.
1.
Kalimat Penjelas Mayor
Kalimat penjelas mayor adalah kalimat
penjelas yang utama. Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan
secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat da dalam paragraf
itu. Jadi, hubungan antara kalimat utama dan kalimat penjelas di dalam sebuah
paragraf itu bersifat langsung. Kalimat penjelas mayor itu kemudian dijabarkan
lebih lanjut dengan kalimat-kalimat penjelas yang sifatnya minor atau tidak
utama.
2.
Kalimat Penjelas Minor
Dapat dikatakan kalimat panjelas
minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung menjelaskan ide pokok
dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat penjelas minor demikian itu
menjelaskan kalimat mayor tertentu secara langsung. Jadi, sebuah kalimat
penjelas minor yang telah menjelaskan secara langsung kalimat penjelas utama
tertentu tidak serta-merta dapat digunakan untuk menjelaskan kalimat penjelas
kalimat utama yang lainnya. Jadi, panjang-pendeknya sebuah paragraf sesungguhnya
dapat diperiksa dari terjabar atau tidaknya kalimat penjelas utama itu ke dalam
kalimat penjelas yang sifatnya tidak utama.
D. Kalimat Penegas
Kalimat penegas di dalam sebuah
paragraf bersifat tentatif, bersifat mana suka. Bila memang dirasa perlu
dihadirkan, maka silahkan saja dihadirkan di dalam paragraf. Maka, dalam
konteks pemakaian paragraf yang demikian ini, kehadiran sebuah kalimat penegas
di dalam paragraf, menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis. Satu hal
yang harus dicacat oleh penyusun para paragraf, dan para penulis pada
umunya, juga para dosen dan para mahasiswa bahwa kalimat penegas demikian itu
bukanlah ide pokok dan kalimat pokok baru.
E. Unsur-Unsur Pengait Paragraf
Kalimat-kalimat di dalam sebuah
paragraf dipersyaratkan untuk selalu berhubungan secara rasional antara yang
satu dengan yang lainnya, sehingga kalimat-kalimat di dalam paragraf itu akan
dapat dibangun secara satu dan padu. Kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf
juga masih harus didukung penataannya dengan kata ganti. Adapun yang dimaksud
dengan konjungsi atau kata penghubung adalah kata yang bertugas menghubungkan
atau menyambungkan ide yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran
pada kalimat yang lainnya.
F. Prinsip Kepaduan Bentuk dan Makna Paragraf
Paragraf yang baik harus memiliki
beberapa syarat di antaranya adalah syarat kepaduan bentuk dan syarat kepaduan
makna. Paragraf yang baik adalah paragraf yang semua unsur kebahasaannya
menjamin kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraf itu. Adapun kepaduan makna di
dalam sebuah paragraf ditunjukan dengan kehadiran ide atau pikiran yang satu
dan tidak terpecah-pecah di dalam paragraf itu. Di dalam kepaduan bentuk
paragraf dipersyaratkan tidak adanya kalimat dan unsur kebahasaan lain yang
sumbang, yang tidak mendukung keberadaan paragraf itu, sebaliknya di dalam
kepaduan makna paragraf dipersyaratkan tidak boleh adanya ide atau pikiran yang
terpecah atau terbelah.
Berkaitan dengan semua itu, prinsip-prinsip berikut
ini perlu dicermati dan diperhatikan untuk membangun kontruksi paragraf yang
padu, baik bentuk maupun maknanya.
G. Jenis dan Cara Pengembangan Paragraf
Jenis dan cara pengembangan paragraf antara lain
sebagai berikut:
1.
Jenis Paragraf
Paragraf dalam sebuah karangan
biasanya terbagi dalam tiga jenis, yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang,
paragraf penutup. Karangan atau tulisan minimal dalam bidang apa pun, hampir
selalu memiliki kontruksi tiga jenis paragraf tersebut. Dalam konteks
surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf demikian ini juga
berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik bila memiliki kualifikasi pada tiga
jenis paragraf seperti yang disebutkan tadi.
Diantara jenis-jenis paragraf itu antara lain yaitu:
a. Paragraf Pembuka
Dapat dikatakan sebagai paragraf pembuka karena
tugas pokoknya memang adalah untuk membuka dan mengantarkan pembaca agar dapat
memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan dihadirkan kemudian. Sebagai
pembuka atau pengantar, paragraf pembuka harus dibuat menarik atau pengikat
pembaca agar mereka mau meneruskan masuk ke dalam paragraf-paragraf yang
selanjutnya.
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang atau paragraf isi sesungguhnya
berisi inti atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dari sebuah karya
tulis itu sendiri. Dengan paragraf pengantar para pembaca dibawa dan
diarahkan untuk dapat masuk ke dalam paragraf-paragraf pengembang ini. Ukuran
dari paragraf pengembang tidak pernah ditentukan dalam sebuah karya ilmiah.
Banyak sedikitnya paragraf sesungguhnya tidak dapat digunakan sebagai parameter
baik atau tidaknya paragraf pengembang dari sebuah karya ilmiah. Bisa jadi,
paragraf pengembang yang berpanjang-panjang sama sekali tidak dapat
menyampaikan esensi dari karangan atau tulisan itu.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup bertugas mengakhiri sebuah tulisan
atau karangan. Semua karangan pasti diakhiri dengan paragraf penutup untuk
menjamin bahwa permasalahan yang dipaparkan pada awal paragraf karangan itu
terjawab secara jelas tegas dan tuntas di dalam paragraf-paragraf pengembang,
dan disimpulkan atau ditegaskan kembali di dalam paragraf penutup.
Jadi, isi paragraf itu dapat berupa simpulan atau
penegasan kembali pemaparan yang telah disajikan sebelumnya. Atau, adakalanya
pula sebuah paragraf penutup berisi rangkuman dari perincian-perincian jabaran
yang telah dilakukan sebelumnya di dalam bagian isi karangan atau tulisan.
Paragraf penutup dalam karangan ilmiah juga bertugas
untuk meninggalkan bahan-bahan perenungan yang bisa disajikan didalam bentuk
kalimat tanya refleksi dan retoris. Bukanlah maksud dari pertanyaan itu untuk
mengundang jawaban yang baru di dalam paragraf itu, tetapi dengan pertanyaan
itu, segala persoalan dan jawaban yang telah disampaikan di dalam tulisan atau
karangan itu dipersilahkan untuk dibatinkan di kedalaman hati para pembaca.
2.
Pengembangan Paragraf
Paragraf harus diuraikan dan
dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan
ilmiah bisa mengambil salah satu model pengembangan atau bisa pula
mengombinasikan beberapa mode sekaligus. Berikut ini setiap model pengembangan
paragraf itu akan dipaparkan yaitu:
a. Pengembangan Alamiah
Pengembangan peragraf yang berciri alamiah
didasarkan pada fakta spasial dan kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia
pada urutan waktu, yakni dari titik tertentu menuju titik yang tertentu pula
dalam sebuah dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan setia pada urutan
waktu adalah bahwa pengembangan itu harus bermula dari titik waktu tertentu dan
berkembang terus sampai pada titik yang selanjutnya.
b. Pengembangan Deduktif –Induktif
Pengembangan paragraf dengan model deduktif dimulai
dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-perincian
yang sifatnya khusus dan terperinci.
Sebaliknya yang dimaksud dengan pengembangan
paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang
sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
c. Pengembangan Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya
dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh
publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu
yang masih baru, sesuatu yang belum banyak di pahami publik. Dengan cara
analogi demikian itu diharapkan orang akan menjadi lebih mudah dalam memahami
maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu.
d. Pengembangan Klasifikasi
Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip
klasifikasi juga akan dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan
cara klasifikasi itu, maka tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan
dapat ditemukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan
bisa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau
diklasifikasikan terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan dengan cara yang
demikian ini akan sangat memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya jelas,
tipe-tipenya juga sangat jelas.
e. Pengembangan Paragraf komparatif dan kontrastif
Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat
dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaanya. Kesamaan
itu bisa cirinya, karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya.
Perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaan
untuk mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut dengan model
pengembangan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat disebut dengan perbandingan
kontrastif.
f. Pengembangan Sebab-Akibat
Pengembangan dengan cara sebab-akibat ini juga lazim
disebut sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai
pengembangan yang sifatnya rasioanal karena lazimnya orang berpikir
berawal dari sebab-sebab dan bermuara pada sebab-akibat. Atau sebaliknya juga
pengembangan itu berangkan dari sebab-akibat terlebih dahulu, kemudian beranjak
masuk pada sebab-sebabnya.
g. Pengembangan Klimaks-Anti klimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak
peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju ke dalam puncak
peristiwa yang paling besar atau paling optimal, kemudian berhenti di puncak
yang paling optimal tersebut. Akan tetapi, ada pula paragraf yang
pengembangannya masih diteruskan ke dalam tahapan penyelesaian yang selanjutnya,
yakni antiklimaks. Model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini
tidak sangat lazim ditemukan di dalam karya ilmiah. Kebanyakan narasi atau
cerita serta dongeng-dongeng pengantar tidur menerapkan model pengembangan
paragraf yang demikian ini.
H. Kesalahan dalam Paragraf
Paragraf
1
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari
pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir,
Minggu Malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di
pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Provinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap
wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu
medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal tersebut ditambah
lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang
diperoleh adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam
arena seperti itu.
Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan
keutuhan paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari
permasalahan yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus
dikeluarkan dari paragraf.
Paragraf
2
Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam
masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung dari besarnya penghasilan
setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan
pokok pun sulit terpenuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan
tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk pembangunan
tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat-tempat
ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun
secara bergotong-royong dan sangat mengandalkan sumbangan para dermawan.
Perbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang
pemisah antara si kaya dan miskin.
Paragraf di atas tidak didukung oleh kesatuan. Ada
kalimat yang sangat jauh hubungannya dengan gagasan utama. Gagasan pokok
tentang penghasilan setiap keluarga tidak sama, dalam pengembangannya kita
jumpai lagi gagasan pokok yang lain yaitu tentang tempat beribadah. Hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lain tidak merupakan suatu kesatuan yang
bulat untuk menunjang gagasan utama.
Paragraf 3
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa
Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan
sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amrika. Melalui
perjuangannya. Clinton berhasil menjadi Presiden Amerika. Cliton termasuk
Presiden Amerika yang populer. Amerika adalah negara kaya. Di Amerika
perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa dipelajari untuk
kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di
benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di
Amerika sana.
Dalam alinea itu ada tiga ide yang potensial untuk
dikembangkan: (1) saya sebagai guru bahasa Indonesia, (2) Clinton sebagai
presiden amerika, dan (3) Amerika adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh
kalimat penjelas pendukung ide pokok, misalnya kalimat (2) sebelum menjadi
guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Jika dilihat
dari maksud utama penulisnya, yaitu hendak menjelaskan kedudukannya sebagai
guru, maka “usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan diungkapkan dalam konteks
tersebut.
Perbaikan bila dikembangkan:
Pekerjaan saya adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara
termasuk Amerika. Pernah terlintas di benak saya, suatu hari nanti mungkin saya
akan menjadi guru Bahasa Indonesia di Amerika.
Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden
Amerika. Jabatan ini diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clinton
termasuk Presiden Amerika yang populer.
Amerika adalah negara yang kaya. Di Amerika
perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di sana, semua bahasa termasuk Bahasa
Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika.
Paragraf
4
Meja adalah suatu benda
yang sangat berguna di dalam kehidupan kita. Ada banyak jenis-jenis meja dan
bahan untuk membuatnya, contohnya: meja makan, meja belajar, meja rias, dan
lain-lain. Bahan untuk membuatnya pun bermacam-macam. Ada dari kayu, plastik,
fiber, dan lain-lain. Kegunaan meja untuk belajar, menulis, dan makan.
Pada paragraf di atas
bila membaca kalimat pertama, paragraf itu akan berbicara tentang kegunaan
meja. Sayangnya kalimat berikutnya tidak melanjutkan penjelasan tentang
kegunaan meja itu, tetapi justru lari ke gagasan lain, yakni jenis-jenis meja
dan bahannya. Pada kalimat terakhir, penulis baru kembali pada ide semula,
yakni kegunaannya. Kesalahan utama dalam paragraf ini pada cara membangun
kesatuan dan kepaduan paragraf. Kesalahan lain dapat dilihat dari frase “ada
banyak jenis-jenis meja”. Frase tersebut tidaklah efektif, frase itu seharusnya
diubah menjadi “Banyak jenis meja atau “Ada aneka jenis meja”.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Paragraf
adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat dalam
paragraf harus disusun secara runtun dan sistematis, sehingga dapat
menghubungkan kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya secara logis.
Kesalahan pada paragraf terjadi karena ditemukannya dua atau lebih ide pokok
dalam paragraf, kalimat yang tidak mendukung ide pokok, tidak adanya kesatuan
dan kepaduan dalam paragraf, dan penggunaan kata yang kurang tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Zaenal, E.
Arifin dan S. Amran Tasai. 2006. Cermat
Berbahasa Indonesia. Jakarta.
Akademika Pressindo.
Kunjana, R. Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta. Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar