Shiny Flashy Green Matrix

Kamis, 08 September 2016

KASUS PROBLEMATIK BAHASA INDONESIA DALAM TATARAN PARAGRAF



BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan yang harus dikuasai yakni, menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara umum, keterampilan menyimak dan berbicara adalah keterampilan yang menggunakan bahasa lisan sedangkan keterampilan membaca dan menulis adalah keterampilan yang menggunakan bahasa tulis dengan melibatkan pola berpikir dengan baik.
Keterampilan menulis memiliki arti yang sangat penting bagi dunia pendidikan dan kehidupan bermasyarakat untuk berkomunikasi dengan baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Dengan demikian, siswa dapat menuangkan semua ide, gagasan, pendapat, maupun perasaan yang dimiliki secara kreatif dalam sebuah tulisan yang indah. Disisi lain, dengan menulis kita dapat mengembangkan pola berpikir yang baik dengan kreativitas siswa.
Namun, pada kenyataannya siswa terkadang sulit untuk mencari ide dalam menuangkan idenya dalam mengawali tulisannya secara runtut. Selain itu, siswa juga sering melakukan kesalahan–kesalahan dalam menulis, terutama menulis paragraf dalam sebuah karangan.
Berbicara tentang karangan baik berupa karangan pendek maupun panjang maka mau tidak mau siswa harus berbicara mengenai beberapa hal atau masalah disekitar karangan tersebut. Yang pertama adalah tentang topik yang menjadi isi karangan. Masalah yang kedua adalah pengorganisasian karangan. Di dalam pengorganisasian karangan, siswa sering melakukan kesalahan–kesalahan terutama dalam menulis paragraf. Selain itu, kurangnya pemahaman mengenai ciri paragraf yang baik menyebabkan siswa sulit menghasilkan paragraf yang baik. Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang apa-apa saja kesalahan yang terdapat dalam paragraf.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan paragraf?
2.      Apa saja bagian-bagian dari paragraf?
3.      Bagaimana kesalahan yang terdapat dalam paragraf?

C.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian paragraf.
2.      Untuk mengetahui bagian-bagian dari paragraf.
3.      Untuk mengetahui kesalahan yang terdapat dalam paragraf.





BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Paragraf                      
            Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara runtun dan sistematis, sehingga dapat menghubungkan kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya. Sebuah paragraf harus menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh serta memiliki pengertian yang logis antar kalimatnya. Sebuah paragraf juga harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu. Tanpa ide pokok, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf.

B. Ide Utama dan Kalimat Utama paragraf
Sebuah paragraf itu mutlak harus memiliki ide utama atau ide pokok, karena ide pokok sebuah paragraf inilah yang akan menentukan wujud dari paragraf itu. Di dalam sebuah paragraf tidak mungkin terdapat lebih dari satu ide pokok atau ide utama. Paragraf yang tidak memiliki ide pokok sesungguhnya tidak dapat dianggap sebagai paragraf. Bentuk kebahasaan itu hanya merupakan untaian yang kontruksi atau bentuknya menyerupai paragraf.

C. Kalimat Penjelas
Unsur penting dalam sebuah paragraf adalah unsur kalimat penjelas (support sentences). Dapat dikatakan sebagai kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf tersebut.
1.      Kalimat Penjelas Mayor
         Kalimat penjelas mayor adalah kalimat penjelas yang utama. Kalimat penjelas  yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat da dalam paragraf itu. Jadi, hubungan antara kalimat utama dan kalimat penjelas di dalam sebuah paragraf itu bersifat langsung. Kalimat penjelas mayor itu kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan kalimat-kalimat penjelas yang sifatnya minor atau tidak utama.
2.      Kalimat Penjelas Minor
          Dapat dikatakan kalimat panjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat penjelas minor demikian itu menjelaskan kalimat mayor tertentu secara langsung. Jadi, sebuah kalimat penjelas minor yang telah menjelaskan secara langsung kalimat penjelas utama tertentu tidak serta-merta dapat digunakan untuk menjelaskan kalimat penjelas kalimat utama yang lainnya. Jadi, panjang-pendeknya sebuah paragraf sesungguhnya dapat diperiksa dari terjabar atau tidaknya kalimat penjelas utama itu ke dalam  kalimat penjelas yang sifatnya tidak utama.

D. Kalimat Penegas
            Kalimat penegas di dalam sebuah paragraf bersifat tentatif, bersifat mana suka. Bila memang dirasa perlu dihadirkan, maka silahkan saja dihadirkan di dalam paragraf. Maka, dalam konteks pemakaian paragraf yang demikian ini, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam paragraf, menjadi sangat tidak dipentingkan oleh penulis. Satu hal yang harus dicacat oleh penyusun para paragraf, dan para penulis  pada umunya, juga para dosen dan para mahasiswa bahwa kalimat penegas demikian itu bukanlah ide pokok dan kalimat pokok baru.  

E. Unsur-Unsur Pengait Paragraf
            Kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf dipersyaratkan untuk selalu berhubungan secara rasional antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga kalimat-kalimat di dalam paragraf itu akan dapat dibangun secara satu dan padu. Kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf juga masih harus didukung penataannya dengan kata ganti. Adapun yang dimaksud dengan konjungsi atau kata penghubung adalah kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau pikiran pada kalimat yang lainnya.

F. Prinsip Kepaduan Bentuk dan Makna Paragraf
            Paragraf yang baik harus memiliki beberapa syarat di antaranya adalah syarat kepaduan bentuk dan syarat kepaduan makna. Paragraf yang baik adalah paragraf yang semua unsur kebahasaannya menjamin kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraf itu. Adapun kepaduan makna di dalam sebuah paragraf ditunjukan dengan kehadiran ide atau pikiran yang satu dan tidak terpecah-pecah di dalam paragraf itu. Di dalam kepaduan bentuk paragraf dipersyaratkan tidak adanya kalimat dan unsur kebahasaan lain yang sumbang, yang tidak mendukung keberadaan paragraf itu, sebaliknya di dalam kepaduan makna paragraf dipersyaratkan tidak boleh adanya ide atau pikiran yang terpecah atau terbelah.
Berkaitan dengan semua itu, prinsip-prinsip berikut ini perlu dicermati dan diperhatikan untuk membangun kontruksi paragraf yang padu, baik bentuk maupun maknanya.

G. Jenis dan Cara Pengembangan Paragraf
Jenis dan cara pengembangan paragraf antara lain sebagai berikut:
1.      Jenis Paragraf 
            Paragraf dalam sebuah karangan biasanya terbagi dalam tiga jenis, yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang, paragraf penutup. Karangan atau tulisan minimal dalam bidang apa pun, hampir selalu memiliki kontruksi tiga jenis paragraf tersebut. Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf demikian ini juga berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik bila memiliki kualifikasi pada tiga jenis paragraf seperti yang disebutkan tadi.
Diantara jenis-jenis paragraf itu antara lain yaitu: 
a. Paragraf Pembuka
Dapat dikatakan sebagai paragraf pembuka karena tugas pokoknya memang adalah untuk membuka dan mengantarkan pembaca agar dapat memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan dihadirkan kemudian. Sebagai pembuka atau pengantar, paragraf pembuka harus dibuat menarik atau pengikat pembaca agar mereka mau meneruskan masuk ke dalam paragraf-paragraf yang selanjutnya.
b. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang atau paragraf isi sesungguhnya berisi inti atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dari sebuah karya tulis itu sendiri. Dengan paragraf pengantar para pembaca dibawa dan diarahkan untuk dapat masuk ke dalam paragraf-paragraf pengembang ini. Ukuran dari paragraf pengembang tidak pernah ditentukan dalam sebuah karya ilmiah. Banyak sedikitnya paragraf sesungguhnya tidak dapat digunakan sebagai parameter baik atau tidaknya paragraf pengembang dari sebuah karya ilmiah. Bisa jadi, paragraf pengembang yang berpanjang-panjang sama sekali tidak dapat menyampaikan esensi dari karangan atau tulisan itu
c. Paragraf Penutup 
Paragraf penutup bertugas mengakhiri sebuah tulisan atau karangan. Semua karangan pasti diakhiri dengan paragraf penutup untuk menjamin bahwa permasalahan yang dipaparkan pada awal paragraf karangan itu terjawab secara jelas tegas dan tuntas di dalam paragraf-paragraf pengembang, dan disimpulkan atau ditegaskan kembali di dalam paragraf penutup.
Jadi, isi paragraf itu dapat berupa simpulan atau penegasan kembali pemaparan yang telah disajikan sebelumnya. Atau, adakalanya pula sebuah paragraf penutup berisi rangkuman dari perincian-perincian jabaran yang telah dilakukan sebelumnya di dalam bagian isi karangan atau tulisan.
Paragraf penutup dalam karangan ilmiah juga bertugas untuk meninggalkan bahan-bahan perenungan yang bisa disajikan didalam bentuk kalimat tanya refleksi dan retoris. Bukanlah maksud dari pertanyaan itu untuk mengundang jawaban yang baru di dalam paragraf itu, tetapi dengan pertanyaan itu, segala persoalan dan jawaban yang telah disampaikan di dalam tulisan atau karangan itu dipersilahkan untuk dibatinkan di kedalaman hati para pembaca.

2.      Pengembangan Paragraf
            Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa mengambil salah satu model pengembangan atau bisa pula mengombinasikan beberapa mode sekaligus. Berikut ini setiap model pengembangan paragraf itu akan dipaparkan yaitu:
a. Pengembangan Alamiah
Pengembangan peragraf yang berciri alamiah didasarkan pada fakta spasial dan kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan waktu, yakni dari titik tertentu menuju titik yang tertentu pula dalam sebuah dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan setia pada urutan waktu adalah bahwa pengembangan itu harus bermula dari titik waktu tertentu dan berkembang terus sampai pada titik yang selanjutnya.
b. Pengembangan Deduktif –Induktif
Pengembangan paragraf dengan model deduktif dimulai dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci. 
Sebaliknya yang dimaksud dengan pengembangan paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
c. Pengembangan Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum banyak di pahami publik. Dengan cara analogi demikian itu diharapkan orang akan menjadi lebih mudah dalam memahami maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu. 
d. Pengembangan Klasifikasi
Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip klasifikasi juga akan dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, maka tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau diklasifikasikan terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan dengan cara yang demikian ini akan sangat memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya jelas, tipe-tipenya juga sangat jelas. 
e. Pengembangan Paragraf komparatif dan kontrastif
Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaanya. Kesamaan itu bisa cirinya, karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaan untuk mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut dengan model pengembangan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat disebut dengan  perbandingan kontrastif.
f. Pengembangan Sebab-Akibat
Pengembangan dengan cara sebab-akibat ini juga lazim disebut sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai pengembangan yang sifatnya rasioanal  karena lazimnya orang berpikir berawal dari sebab-sebab dan bermuara pada sebab-akibat. Atau sebaliknya juga pengembangan itu berangkan dari sebab-akibat terlebih dahulu, kemudian beranjak masuk pada sebab-sebabnya. 
g. Pengembangan Klimaks-Anti klimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju ke dalam puncak peristiwa yang paling besar atau paling optimal, kemudian berhenti di puncak yang paling optimal tersebut. Akan tetapi, ada pula paragraf yang pengembangannya masih diteruskan ke dalam tahapan penyelesaian yang selanjutnya, yakni antiklimaks. Model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini tidak sangat lazim ditemukan di dalam karya ilmiah. Kebanyakan narasi atau cerita serta dongeng-dongeng pengantar tidur menerapkan model pengembangan paragraf yang demikian ini. 

H. Kesalahan dalam Paragraf

Paragraf 1
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu Malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Provinsi Jateng. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal tersebut ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu.
Dalam paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.

Paragraf 2
Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung dari besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk pembangunan tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat-tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong-royong dan sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara si kaya dan miskin.
Paragraf di atas tidak didukung oleh kesatuan. Ada kalimat yang sangat jauh hubungannya dengan gagasan utama. Gagasan pokok tentang penghasilan setiap keluarga tidak sama, dalam pengembangannya kita jumpai lagi gagasan pokok yang lain yaitu tentang tempat beribadah. Hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain tidak merupakan suatu kesatuan yang bulat untuk menunjang gagasan utama.

Paragraf 3
Pekerjaan saya sehari-hari adalah guru bahasa Indonesia. Sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amrika. Melalui perjuangannya. Clinton berhasil menjadi Presiden Amerika. Cliton termasuk Presiden Amerika yang populer. Amerika adalah negara kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Semua bahasa dipelajari untuk kepentingan politik Amerika, termasuk bahasa Indonesia. Pernah terlintas di benak saya, satu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru bahasa Indonesia di Amerika sana.
Dalam alinea itu ada tiga ide yang potensial untuk dikembangkan: (1) saya sebagai guru bahasa Indonesia, (2) Clinton sebagai presiden amerika, dan (3) Amerika adalah negara kaya. Selain itu, tidak seluruh kalimat penjelas pendukung ide pokok, misalnya kalimat (2) sebelum menjadi guru, saya mempelajari bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Jika dilihat dari maksud utama penulisnya, yaitu hendak menjelaskan kedudukannya sebagai guru, maka “usaha yang sungguh-sungguh” tidak relevan diungkapkan dalam konteks tersebut.   

Perbaikan bila dikembangkan:
Pekerjaan saya adalah guru bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di Indonesia, tetapi juga di mancanegara termasuk Amerika. Pernah terlintas di benak saya, suatu hari nanti mungkin saya akan menjadi guru Bahasa Indonesia di Amerika.
Pekerjaan sehari-hari Clinton adalah Presiden Amerika. Jabatan ini diperolehnya melalui perjuangan yang gigih. Clinton termasuk Presiden Amerika yang populer.
Amerika adalah negara yang kaya. Di Amerika perkembangan ilmu pengetahuan maju pesat. Di sana, semua bahasa termasuk Bahasa Indonesia dipelajari untuk kepentingan politik Amerika.

Paragraf 4
Meja adalah suatu benda yang sangat berguna di dalam kehidupan kita. Ada banyak jenis-jenis meja dan bahan untuk membuatnya, contohnya: meja makan, meja belajar, meja rias, dan lain-lain. Bahan untuk membuatnya pun bermacam-macam. Ada dari kayu, plastik, fiber, dan lain-lain. Kegunaan meja untuk belajar, menulis, dan makan.
Pada paragraf di atas bila membaca kalimat pertama, paragraf itu akan berbicara tentang kegunaan meja. Sayangnya kalimat berikutnya tidak melanjutkan penjelasan tentang kegunaan meja itu, tetapi justru lari ke gagasan lain, yakni jenis-jenis meja dan bahannya. Pada kalimat terakhir, penulis baru kembali pada ide semula, yakni kegunaannya. Kesalahan utama dalam paragraf ini pada cara membangun kesatuan dan kepaduan paragraf. Kesalahan lain dapat dilihat dari frase “ada banyak jenis-jenis meja”. Frase tersebut tidaklah efektif, frase itu seharusnya diubah menjadi “Banyak jenis meja atau “Ada aneka jenis meja”.



BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat dalam paragraf harus disusun secara runtun dan sistematis, sehingga dapat menghubungkan kalimat yang satu dan kalimat yang lainnya secara logis. Kesalahan pada paragraf terjadi karena ditemukannya dua atau lebih ide pokok dalam paragraf, kalimat yang tidak mendukung ide pokok, tidak adanya kesatuan dan kepaduan dalam paragraf, dan penggunaan kata yang kurang tepat.


  

                          

DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Diksi Insan Mulia.

Zaenal, E. Arifin dan S. Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta.         
Akademika Pressindo.

Akhadiah, Sabarti dkk. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga.   

Kunjana, R. Rahardi. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta. Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar