Shiny Flashy Green Matrix

Kamis, 08 September 2016

PROSA FIKSI "DONGENG"



Penyesalan Dori
Oleh: Erma Yuliana

Pada suatu hari hiduplah seekor jangkrik bernama Dori. Dori tinggal dengan berpindah-pindah tempat setiap harinya. Semua makhluk di hutan mengenalnya. Ia mempunyai suara yang begitu bagus dan merdu. Sepanjang hari Dori selalu bernyanyi baik sendiri ataupun bersama teman-temannya. Semua makhluk merasa terhibur dengan kehadirannya. Bila sehari saja tidak mendengar suaranya, maka para penghuni hutan mencari-cari Dori.

Pada pagi yang cerah, Dori duduk di batu besar sambil mengambil sehelai daun muda sebagai sarapannya. Ia berkata, “Hmm.. cerah sekali pagi ini, aku bersemangat sekali untuk bernyanyi. Sebaiknya aku cepat mungkin penghuni hutan sedang menunggu merdunya suaraku.”  Dori bergegas menghabiskan makanannya. Ia pun bersiap-siap dan pergi meninggalkan batu besar itu. Dori berjalan-jalan di hutan, menyusuri sungai, tapi tidak ada satu makhluk pun yang ditemuinya. “Kemana mereka? Apa mereka belum bangun ya? Padahal ini sudah hampir siang,” gumamnya sendiri. Dori terus berjalan hingga akhirnya sampai di sebuah bukit pasir yang besar. Itu adalah tempat tinggal temannya si semut yang bernama Nino. Dori melihat Nino dan teman-temannya jalan berbaris membawa sesuatu. “Hai Nino,” sapa Dori. “Hai juga,” jawab Nino.

“Ada apa ni? Kalian mau pindah ya?”

“Tidak, kami hanya bersiap-siap.”

“Bersiap-siap untuk apa?”

“Kamu tidak tahu Dori? Sebentar lagi kan musim dingin, jadi sebelum hal itu tiba kami akan mengumpulkan persediaan makanan kami.”

“Oh begitu, pantas dari tadi aku tidak melihat penghuni hutan, mungkin mereka mengumpulkan makanan seperti kalian.”

“Kamu tidak mengumpulkan makanan Dori? Kumpullah, musim dingin tahun ini sepertinya panjang.”

“Hahaha, di hutan ini banyak makanan, untuk apa aku kumpulkan? lebih baik aku bernyanyi, hati jadi gembira” jawab Dori pergi meninggalkan Nino.

            Di sepanjang perjalanan Dori bernyanyi dengan gembira. Ia menghibur para penghuni hutan yang bekerja mencari makanan. Sesekali kupu-kupu memberi sari bunga, belalang memberi pucuk daun dan juga teman-temannya yang lain, sebagai imbalan dari nyanyian Dori. Dori merasa senang. Ia tidak perlu mencari-cari makanan karena makanan yang datang kepadanya.

            Musim dingin pun telah tiba. Seluruh penghuni hutan masuk ke rumah masing-masing. Tidak ada lagi yang beraktivitas di luar rumah, kecuali Dori. Hari pertama, kedua, dan ketiga Dori tinggal di batang kayu yang sudah tumbang dengan persediaan makanan yang diberikan teman-temannya. Kini makanan itu telah habis. Dori terpaksa keluar meninggalkan tempat tinggalnya untuk mencari makanan. Diluar angin sangat kencang, sesekali ia berjalan merangkak agar tidak ikut terbang bersama angin. Dori kedinginan, perutnya mulai berbunyi pertanda lapar, sementara sepanjang perjalanan yang ia lewati tidak ada makanan satu pun. “Dimana makanan ini? Sudah lelah aku berjalan, satu pun tidak ada buah atau daun muda yang ku dapat,” katanya.

            Dori mulai putus asa, ia lapar sekali. Dia pun bernyanyi lagu sedih sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah teman-temannya. Mendengar lagu itu teman-temannya merasa kasihan. Mereka ingin membantu, tetapi musim dingin baru saja dimulai. Mereka tidak ingin makanannya habis dengan cepat. Akhirnya tidak ada yang mau membukakan pintu untuk si Dori. Dori berjalan terus menyusuri sungai dengan perut yang lapar dan tibalah ia di rumah Nino si semut. Ia teringat kata-kata Nino yang menyuruhnya mengumpulkan makanan. Ia pun mendekati rumah itu, masuk ke dalam bukit pasir dan mengetuk pintu. 

“Nino, apakah kau ada di sini? Nino! Nino! Halo! Apakah ada yang tinggal disini?” teriak Dori. Nino melihat dari jendela dan menjawab, “Siapa itu?”

“Aku Dori, Nino aku ingin meminta bantuanmu.”

“Oh, ada apa Dori?”

“Begini, hemm.. Bolehkah aku tinggal di sarang kalian sementara waktu?”

“Apa? Disini?”

“Iya, tempat tinggalku basah dan aku tidak punya makanan.”

“Bukankah kemarin aku sudah menyuruhmu mengumpulkan makanan?”

“Iya, hmm tapi aku lupa.”

“Itu alasan kamu saja kan? Maaf kamu tidak boleh tinggal disini.”

“Tapi Nino aku telah menyesal, tolong biarkan aku masuk. Aku sangat lapar dan aku kedinginan.” Mendengar hal itu Nino pun merasa kasihan. Ia membukakan pintu dan mempersilakan Dori masuk serta memberikan makanan secukupnya.

“Terima kasih Nino, kau telah menolongku.” ucap Dori.

“Kenapa kau tidak mengumpulkan makananmu?”

“Kau kan tahu, aku sibuk, setiap hari aku harus menghibur hewan-hewan. Aku juga sering diundang dalam acara pesta hutan oleh raja belalang, karena itulah aku tidak sempat mengumpulkan makanan.”

“Dori, sesibuk-sibuknya kegiatanmu kamu harus ingat untuk mengumpulkan makanan. Bila makananmu tidak ada, apa yang mau kamu makan? Sementara perutmu sudah lapar. Bila tidak makan, kamu akan sakit dan tidak bisa menghibur penghuni hutan lagi. Apa kamu mau?”

“Tentu tidak Nino, sekarang aku menyadari kesalahanku, aku menyesal, terima kasih, nasihatmu akan aku ingat selalu.”

Semenjak hari itu Nino dan Dori menjadi sahabat baik, mereka saling membantu, menasihati, dan bernyanyi bersama-sama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar