Shiny Flashy Green Matrix

Minggu, 12 Februari 2017

SASTRA ( CONTOH PUISI DAN NASKAH DRAMA)


Contoh Puisi


Kepulanganmu

Senjaku mulai diselimuti awan nan hitam
Derai-derai tetesan air mulai
beralun-alun di telingaku
Hembusan tipis sang angin
mencecap menggelitik raga dengan manja
Jelas saja hanya ada aku dan kesendirianku
Kulihat di penghujung sana
Raga yang tak asing bagiku
Sepasang mata yang ku rindu menyapa
Sepasang mata yang hati ini pun
tak dapat mengartikannya
Terukir lagi senyum itu
Senyum yang pernah hilang di telan waktu
Senyum yang tenggelam di telan duka
Janji senja
Kau dan aku..
Aku dan kau..







Contoh Naskah Drama

JANJI SENJA
PEMAIN :
1.      IBU
2.      ANAK (GADIS)

SETTING :
RUMAH DENGAN HALAMAN DAN TEMPAT DUDUK (BANGKU PANJANG) UNTUK BERSANTAI.

LAMPU MENYOROT HANYA DARI SEBELAH SISI PANGGUNG MENGGAMBARKAN KEADAAN SENJA.

ADEGAN 1

KALA SENJA ITU IBU DAN ANAK GADISNYA SEPERTI BIASA DUDUK DI BANGKU PANJANG DEPAN RUMAHNYA. MEREKA TENGAH MENATAP SENJA MENUNGGU, MENANTI SESEORANG YANG TELAH LAMA DINANTI. SETELAH LARUT DALAM DIAM BEBERAPA SAAT, SANG ANAK MEMULAI PEMBICARAAN.

ANAK            : Ibu...Jangan kau ceritakan lagi apa pun tentang Ayah.
IBU                 : Kenapa?
ANAK            : (SAMBIL MEMANDANG KE ARAH LANGIT SENJA) karena Ayah tak pernah datang, dan ku kira ia memang tak akan pernah datang.
IBU                 : (TENANG/DATAR) Ayahmu berjanji akan datang saat senja.
ANAK            : (AGAK MENINGGIKAN NADA BICARA) Sudah tak terhitung lagi jumlah senja yang kita lalui.. di sini.. tempat ini... dari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini, namun Ayah tak jua datang.
IBU                 : (TETAP TENANG SEDIKIT PARAU) Ayahmu lelaki yang baik. Ia akan datang, ia pasti datang menepati janjinya.
ANAK            : (TERUS MENCECAR) kenapa Ayah berjanji akan datang saat  senja? Kenapa tidak pagi atau siang saja?
IBU                 : Karena senja bukan akhir, ia adalah permulaan sebuah hari.
ANAK            : (SEDIKIT EMOSI) Haaaaah....Sudahlah! Aku tak mengerti maksud perkataan Ibu itu. (BERLALU MASUK KE DALAM RUMAH)

IBU MASIH DUDUK DI HALAMAN RUMAH MENATAP SENJA DENGAN SEJUTA HARAP YANG TERPANCAR DARI SOROT MATANYA. SANG ANAK KELUAR LAGI DARI DALAM RUMAH DAN BERDIRI DI DEPAN PINTU, IA MELIHAT IBUNYA YANG SEDANG DUDUK ITU SEOLAH IA AKAN MENGHAMPIRINYA NAMUN IA URUNGKAN NIATNYA.

BARU SAJA SANG ANAK AKAN MASUK KEMBALI KE DALAM RUMAH, IBUNYA MEMANGGIL

IBU                 : (SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN PADA ANAKNYA) Duduklah sini!

SANG ANAK KEMUDIAN DATANG MENGHAMPIRI IBUNYA, LALU DUDUK DI SAMPINGNYA. MEREKA TERDIAM SEJENAK SEMBARI TETAP MENATAP KE ARAH SENJA.

IBU                 : Tidak rindukah kau pada Ayahmu?
ANAK            : Rindu…Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.
IBU                 : (MENATAP TAJAM PADA ANAKNYA) Kenapa?
ANAK            : (DIAM SEJENAK) Karena aku tak lagi menganggap Senja sebagai Ayahku, bagiku dia hanyalah lelaki asing.
IBU                 : Kau tak yakin Ayahmu akan datang?              
ANAK            : Maaf Bu, aku bahkan tak yakin Ayah masih ingat pada kita.
IBU                 : (AGAK PARAU) Kau tak akan bicara seperti itu saat kau dapati Ayahmu datang kala senja.

MEREKA BERDUA SALING BERTATAPAN, MATA IBU SEOLAH-OLAH AKAN MENANGIS.

IBU                 : (MEMALINGKAN MUKA) Tinggalkan Ibu sendiri! (SAMBIL MENGUSAP AIR MATANYA)

DENGAN LANGKAH BERAT SANG ANAK MELANGKAH MASUK KE DALAM RUMAH.
(LAMPU MATI)
ADEGAN 2

IBU DUDUK SEPERTI BIASA DI DEPAN RUMAH, TETAP SEMBARI MENATAP SENJA. DARI ARAH LUAR ANAKNYA DATANG DENGAN PAKAIAN RAPI,  LALU DUDUK DI SAMPING IBUNYA.

ANAK            : Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan di kota. Aku berencana akan tinggal disana, dan ku harap Ibu mau ikut bersamaku tinggal di kota.
IBU                 : Ibu masih ingin menunggu Ayahmu di sini, di rumah ini setiap senja.
ANAK            : Dimanapun itu kita akan tetap menikmati senja yang sama.


(IBU TERDIAM SEMBARI TERSENYUM DAN TETAP MENATAP KE ARAH SENJA)

ANAK            : Ibu bisa menikmati senja bersamaku. (MENCOBA MEMBUJUK)
IBU                 : Ibu hanya ingin menunggu Ayahmu disini, di rumah ini.
ANAK            : (BERDIRI, KEMUDIAN MELANGAKAH SEDIKIT MAJU DENGAN EMOSI) Mengapa Ibu harus menunggunya seperti ini? Menunggu seseorang yang tak jelas dan tak pasti kapan ia kan kembali. Dia sudah lupa dengan kita, dan ku pikir ia memang sudah lupa dengan kita. Coba ibu pikirkan, sedari dulu waktu aku masih dalam kandungan hingga kini aku dewasa, sudah bertahun-tahun lamanya ia tak pernah kembali ke rumah ini. Bahkan aku sendiri tak pernah tau wajahnya (DIAM SEJENAK). Ku pikir sebaiknya Ibu menikah lagi dan melupakan lelaki tidak bertanggung jawab itu.
IBU                 : (MARAH, LALU BERIDIRI MENDEKATI ANAKNYA DAN MEMBENTAK) Pakai otakmu...!!!!

(BERBALIK MENINGGALKAN ANAKNYA SAMBIL MENANGIS MASUK KE DALAM
RUMAH)

SANG ANAK KAGET TERHERAN-HERAN DENGAN APA YANG DIKATAKAN IBUNYA, KEMUDIAN IA DUDUK DENGAN GELISAH MENUNGGU IBUNYA KELUAR.
(LAMPU REDUP FOKUS PADA ANAK)

ANAK            : Ya Tuhan... Apa yang barusan aku katakan. Aku tak seharusnya berkata itu pada ibu. Ibu maafkan aku. (SEDIKIT MENANGIS)

SESAAT KEMUDIAN IBU KELUAR DAN BERDIRI DI DEPAN PINTU MELIHAT ANAKNYA.

ANAK            : (BERLARI MENDEKATI IBUNYA LALU MEMELUKNYA) Ibu maafkan aku...!!! (SAMBILMENANGIS DALAM PELUKAN IBU)
IBU                 : (MELEPAS PELUKANNYA DAN DENGAN TANGANNYA MEMEGANG DAGU MENGANGKAT WAJAH ANAKNYA) Ayahmu terlalu bersih. Ibu tidak mungkin bisa menggantikannya dengan orang lain. (DIAM SEJENAK SALING BERPANDANGAN) Jangan lagi berpikir untuk mencari orang lain sebagai pengganti Ayahmu. Karena Ibu yakin Ayahmu akan datang pada suatu senja.

SANG ANAK MENGANGGUK PERLAHAN KEMUDIAN KEMBALI MEMELUK IBUNYA.
(LAMPU PERLAHAN MATI)


ADEGAN 3

SUDAH 2 TAHUN BERLALU, SANG ANAK TINGGAL DAN BEKERJA DI KOTA, IA PULANG HANYA SESEKALI MENJENGUK IBUNYA. SORE ITU SEPERTI BIASA, IBU TETAP DUDUK DI DEPAN RUMAH MENATAP SENJA. SANG ANAK DATANG DARI ARAH LUAR MEMBAWA MENGHAMPIRI IBUNYA. IA LALU DUDUK BERDERET MENATAP SENJA BERSAMA IBUNYA. SETELAH BEBERAPA SAAT DALAM KEBISUAN, SANG ANAK MEMECAH KEHENINGAN.

ANAK            : Ibu… aku kan sudah bekerja, aku pun sudah dewasa..bukan remaja lagi.
IBU                 : Lalu?
ANAK            : Aku…ingin menikah
IBU                 : Sudah ada yang melamarmu? Siapa?
ANAK            : Seseorang yang sudah cukup lama ku kenal. Dewasa, bertanggung jawab, dan kurasa dia mencintaiku.

IBU HANYA TERDIAM TIDAK MENANGGAPI

ANAK            : Aku berharap ibu memberi restu untukku.

IBU MASIH TERDIAM, SANG ANAK PUN  KEMBALI MEMALINGKAN WAJAHNYA KE ARAH SENJA SEMBARI MEMAINKAN UJUNG BAJUNYA DAN JEMARINYA.

IBU                 : Ibu akan merestuimu. Tapi.. kau juga harus meminta restu pada senja.. Ayahmu.

SANG ANAK MELONGO TERHERAN-HERAN.

IBU                 : Tinggallah dulu disini beberapa waktu. Ayahmu pasti akan datang. Ibu yakin.

MEREKA BERDUA TERDIAM, SANG ANAK MASIH DALAM KEBINGUNGAN AKAN SIKAP IBUNYA. (LAMPU MATI) 

ADEGAN 5

IBU MASIH DUDUK DI DEPAN RUMAHNYA SORE ITU, MENATAP SENJA. SANG ANAK KELUAR DARI DALAM RUMAH DENGAN PAKAIAN YANG SUDAH RAPI.

IBU                 : Kau mau kemana?
ANAK            : Aku mau pergi. Dia sudah menungguku.
IBU                 : Kau tak mau menunggu ayahmu?
ANAK            : Ayah mana yang harus kutunggu? Sudah berhari-hari aku disini, tapi ia tak jua datang. Sudahlah Bu, jika ia memang datang aku tak mau mengenalinya sebagai ayahku.
IBU                 : Jaga ucapanmu! Maksudmu apa mengatakan hal demikian?
ANAK            : Sudah sepantasnya kan. Ayah macam apa namanya yang tega meninggalkan anak dan istrinya begitu lama. Hingga anaknya akan dipersunting orang pun ia tak ada.
IBU                 : Ayahmu tak seperti itu. Dia laki-laki yang bertanggung-jawab.
ANAK            : Ibu sudah mengatakan itu berulang kali..Sejak dulu aku masih kecil. Tapi apa? Mana buktinya? Omong kosong.
IBU                 : Kau anak durhaka!
ANAK            : Biarlah, tak apa aku durhaka pada orang yang telah durhaka pada keluarganya.

IBUNYA KEMUDIAN TERDIAM. MATANYA BERKACA-KACA, AIRMATANYA NAMPAK AKAN JANTUH. SANG ANAK BERLALU MENINGGALKAN IBUNYA. IBU MASIH DIAM MENATAP SENJA DENGAN LINANGAN AIR MATA.

IBU                 : (BERBICARA PADA SENJA) Kau berjanji akan datang saat senja. Dan aku yakin kau akan datang. Aku yakin kau tak akan melupakan cinta kita, melupakanku dan buah hati kita. Aku akan tetap menunggumu, sampai senja terakhir hidupku.

TAMAT

Sabtu, 10 September 2016

Menganalisis naskah teater dengan pendekatan Objektif




Menganalisis naskah teater “NUN” karya Yondik Tanto dengan Pendekatan Objektif
Disusun oleh:
Nama: Erma Yuliana
NPM: 1302040116
Kelas: V-C Pagi
Fakultas: Keguruan Ilmu Pendidikan
Program Pendidikan: Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah: Kajian Drama
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
 




BAB I PENDAHULUAN

            1.1  Latar Belakang
Dalam makalah ini, penulis menggunakan pendekatan objektif sebagai pendekatan dalam menganalisis naskah drama teater NUN. Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Pendekatan ini mencoba untuk memaparkan suatu karya sastra secara struktural. Penulis membahas unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam naskah yaitu tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, dan amanat.

            1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan drama?
b.      Apa yang dimaksud dengan drama kontemporer dan drama konvensional?
c.       Apa yang dimaksud dengan pendekatan Objektif?
d.      Bagaimana sinopsis naskah teater “NUN”?
e.       Bagaimana hasil analisis naskah teater “NUN” dengan pendekatan objektif?

1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui mengenai drama.
b.      Untuk mengetahui mengenai drama kontemporer dan drama konvensional.
c.       Untuk mengetahui mengenai pendekatan objektif.
d.      Untuk mengetahui sinopsis naskah teater “NUN”.
e.       Untuk mengetahui hasil analisis naskah teater “NUN” dengan pendekatan objektif.



BAB II LANDASAN TEORETIS

      2.1  Drama
     A.    Pengertian Drama
Kata “Drama” berasal dari kata “Dramas”, bahasa Yunani, yang berarti suatu perbuatan atau kumpulan pertunjukkan peri kehidupan seseorang. Menurut Aristoteles (384-322 sebelum Masehi), drama adalah suatu tiruan dari suatu perbuatan. Menurut John E. Dietrich, drama adalah suatu cerita dalam bentuk dialog (antarwacana) tentang konflik (pertentangan) manusia, diproyeksikan dengan ucapan dan perbuatan dari sebuah panggung kepada penonton.
Jadi, drama adalah suatu perbuatan didalamnya terdapat suatu konflik yang dipertunjukkan.
      B.     Jenis Drama
Menurut teori mutakhir, drama ada dua macam:
1.      Drama Teater, peristiwa atau kejadian hanya dipertunjukkan di atas panggung gedung pertunjukkan (teater).
2.  Drama Film dan Drama TV, peristiwa-peristiwa dalam cerita dapat dipertunjukkan pada tempat kejadian yang sesungguhnya, atau mirip dengan tempat yang sesungguhnya, berkat kemajuan teknologi dalam dunia film.
3.  Drama TV dibedakan daripada Drama Film, hanya karena terbatasnya waktu dalam acara pertunjukkan film dalam siaran TV, misalny: 30 menit, 45 menit, atau 60 menit (1 jam). Lebih dari 1 jam dapat digolongkan dalam drama film, meskipun mempertunjukkannya lewat TV, bukan dalam gedung teater.
       C.     Naskah Drama
Kita telah mengetahui, bahwa drama bukan merupakan suatu kehidupan manusia yang sebenarnya, tetapi drama adalah suatu tiruan dari kehidupan manusia(pendapat aristoteles). Karenanya drama adalah suatu penyajian ulang dari suatu cerita (kejadian) tentang kehidupan manusia di atas panggung.
   Cara penyajian ulang di atas panggung ini merupakan suatu seni. Seni penyajian suatu drama (suatu perselisihan manusia) di atas panggung ini terletak di tangan seorang sutradara. Dalam menyajikan suatu drama di atas panggung, seorang sutradara terikat oleh suatu naskah drama (the playwright) atau naskah film (skenario).
   Naskah drama adalah suatu cerita drama dalam bentuk antawacana (dialog) atau dalam bentuk tanya-jawab antar pelaku. Jadi, drama adalah suatu cerita dalam bentuk antawacana (dialog) ... (defenisi John E. Dietrich).
Naskah drama disajikan (diproyeksikan) melalui: antawacana (dialog) dan gerak (perbuata, action) para [elaku dari sebuah panggung kepada penonton. Jadi, naskah drama mempunyai dua buah alat: Dialog dan gerak.
   Dalam beberapa hal gerak (action) adalah lebih penting daripada antawacana (dialog); sebab, melihat suatu perbuatan (kejadian) dapat lebih mudah menangkap jalan ceritanya daripada mendengar dialog para pelakutentang kejadian itu; ini berlaku dalam Drama Film, yang bersifat Kino Drama.
   Pertunjukkan drama yang baik adalah suatu pertunjukkan dimana: Perbuatan (action) para pelaku, keadaan dan perselisihannya dapat diperlihatkan kepada penonton.

2.2  Drama Konvensional dan Drama Kontemporer
A.    Pengertian Drama Konvensional
Drama konvensional (sandiwara) adalah drama yang bertolak dari lakon drama yang disajikan secara konvensional.
B.     Pengertian Drama Kontemporer
Drama kontemporer (teater mutakhir) adalah drama yang mendombrak konvensi lama dan penuh pembaruan, ide-ide baru, gagasan baru, penyajian baru, penggabungan konsep Barat-Timur.

2.3  Pendekatan Objektif
A.    Pengertian Pendekatan Objektif
     Pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Karya sastra dipandang sebagai tanda, lepas dari fungsi referensial atau mimetiknya. Karya sastra menjadi tanda yang otonom, yang hubungannya dengan kenyataan bersifat tidak langsung. Tugas peneliti pertama-tama adalah meneliti struktur karya sastra yang kompleks pada setiap aspek dan unsur-unsur lainnya. Menurut strukturalisme, kajian sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta atau pembaca sebagai pendapat.
B.     Konsep
Menganalisis suatu karya sastra dengan pendekatan objektif yaitu dengan cara memperhatikan unsur-unsur intrinsik karya sastra itu. Unsur-unsur intrinsik terbagi atas:
1.      Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dari awal hingga akhir cerita. Alur juga bisa diartikan sebagai hubungan ntara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain berdasarkan hubungan sebab-akibat.
Ada tiga jenis alur, yaitu:
·         Alur maju yaitu pengarang memulai cerita pada saat cerita itu dimulai hingga cerita berakhir
·         Alur mundur yaitu pengarang menceritakan peristiwa sekarang, lalu bercerita tentang rangkaian peristiwa di masa lalu tentang sebab peristiwa yang terjadi sekarang.
·         Alur campuran dipaki pengarang dengan mengombinasikan kedua alur, yaitu alur maju dan alur mundur dalam cerita yang ditulisnya.
2.      Tema
Tema adalah masalah yang menjiwai dan mendasari cerita secara menyeluruh. Tema dapat ditafsirkan dengan menjawab pertanyaan tentan apa yang dibicarakan oleh pengarang.
3.      Tokoh
Tokoh adalah para pelaku peristiwa dalam sebuah cerita. Pada umumnya
tokoh berupa manusia. Namun, tidak selamanya tokoh berupa manusia. Berdasarkan peran terhadap jalan cerita, ada tokoh protagonis yaitu tokoh utama cerita yang pertama-tama menghadapi masalah, tokoh antagonis yaitu tokoh penentang protagonis, dan tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik membantu protagonis maupun tritagonis.
4.      Latar
Latar adalah tempat, waktu, dan suasana terjadinya rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita.
5.      Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.



BAB III PEMBAHASAN

3.1  Sinopsis Naskah Teater “NUN”
Ketika manusia kehilangan sumber hidupnya, ia akan merasa seperti bumi
gersang dengan sebatang pohon kering tanpa daun menunggu mati. Ia melakukan pengembaraan panjang di atas bumi ini, mencari dan terus mencari dengan segala sisa yang menyangkut harkat dan martabat manusia.
Moral. Etika adalah sumber hidup paling dalam yang berakar di nurani. Mampukah kita mencari dan melengkapi semua itu ketika jiwa menjadi kosong tanpa rasa dan kepedulian yang tinggi.
            Semua yang terjadi di jagad raya ini adalah kuasa-Nya. Alam dan kita merupakan kesepakatan hidup yang tak dapat dipisahkan. Pohon... binatang mempunyai nyawa seperti kita, dan kita telah menjadi binatang yang berwujud manusia.
            Ketika manusia kehilangan sumber hidupnya, maka sesuatu akan berubah menjadi liar... buas dan saling memakan sesama seperti kanibal-kanibal yang lapar.

3.2  Hasil Analisis Naskah Teater “NUN”dengan Pendekatan Objektif
a.       Alur
Alur yang terdapat dalam naskah teater NUN adalah alur maju, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh tersusun menurut waktu kejadian secara berurutan.
b.      Tema
Tema NUN adalah keserakahan manusia. Dalam drama ini kita bisa melihat keserakahan manusia melalui percakapan antar tokoh yang telah kehilangan sumber kehidupannya akibat gagal menjaga alam.
c.       Tokoh dan penokohan.
Ø  Tokoh
Tokoh-tokoh NUN adalah Lelaki, Perempuan I, dan Perempuan II.
Tokoh protagonis: Lelaki
Tokoh antagonis: Perempuan I
Tokoh tritagonis: Perempuan II
Ø  Penokohan
Perempuan I         : “Ayo kejar dan bawa dia ke sini.”
Lelaki                   : “Aku tidak mau ikut campur, ini urusan perempuan.”
Dari kutipan di atas, lelaki memiliki sikap tidak acuh terhadap yang bukan kepentingannya.

Lelaki                               : “Kalau hanya sekedar cinta kasih dan sayang bisa ku beri dari  sudut kemanusiaan. Tapi aku tidak akan pernah bisa lagi melahirkan kemurnian itu seperti seorang pemuda yang baru berangkat dewasa.”
Perempuan I         : “Kenapa?”
Lelaki                   : “Kau bukan muhrim ku.”
Dari kutipan di atas, lelaki adalah seorang yang beragama

Lelaki       : “Tadi kau menuduh ku mengambil milik mu.”
Perempuan I         : “Kekeliruan... cuma kekeliruan.”
Dari kutipan di atas, perempuan I adalah seorang yang suka menuduh tanpa ada bukti.

Perempuan II       : “Tolong . . . tolong aku aku . . .”
Perempuan I         : “Perempuan . . ya suara itu . . . kau mendengarnya?”
Lelaki                   : “Samar . . .”
Perempuan I         : “Hei, kau jangan tenang-tenang saja! Kau dengar tidak?!”
Lelaki                   : “Dengar.”
Perempuan I         : “Ayo kejar dan bawa dia ke sini.”
Dari kutipan di atas perempuan I adalah seorang yang suka menolong.

Perempuan II       : “Berikan aku harapan . . . aku tak kuat, telapak kaki ku luka. Telah berpulangkah segala sumber yang menyangkut hidup?! Tolong berikan aku jalan yang benar untuk menuju ke sana. Barangkali aku akan menemukannya, atau hanya utopia semata.”
Perempuan I         : “Tidak, itu bukan utopia . . . itu adalah kesadaran sebab kau     telah lelah dari perjalanan mu yang jauh.”
Dari kutipan di atas perempuan II  memiliki sifat pantang menyerah.

Perempuan II       : “ini cermin. Kepribadian itu akan jelas tergambar setelah melakukan kesalahan. Aku mencari salah dari kebenaran dan mungkin aku tak merasa benar dalam kesalahan.”
Dari kutipan di atas,  perempuan II  memiliki sikap bijaksana.
                
d.      Latar

   Lelaki           : “kenapa bukan nasib yang meruntuhkan hidup, dan kau telanjangi aku di bawah terikmu hingga aku tak kehilangan rasa. Ini korban alammmm . . . ! korban dalam pengembaraan yang sia-sia.”
Dari kutipan di atas, latar suasana adalah pada siang hari.

Pelataran luas yang tergambar adalah bumi yang berlapis debu tebal. Mirip padang tandus atau tempat pemberhentian manusia akhir zaman.
Tak ada apa-apa, kecuali sebatang pohon kering tanpa daun menunggu mati.
Dari penjelasan di atas, latar tempat adalah di padang tandus berlapis debu tebal yang memiliki sebatang pohon kering.

e.       Amanat
Alam dan manusia hidup berdampingan. Manusia membutuhkan alam untuk hidup dan alam juga membutuhkan manusia untuk berkembang. Tetapi seringkali manusia tidak sadar bila alam telah rusak, maka bencana akan datang. Seperti yang dituliskan dalam naskah, alam telah hancur karena ulah manusia dan mereka kehilangan sumber hidupnya. Untuk itu, jagalah alam ini. Nafsu dan keserakahan untuk memperebutkan harkat dan martabat hanya membawa malapetaka bagi manusia. Karena bila sumber hidup dari alam telah musnah, maka kita, manusia, juga akan mati.



BAB IV PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Setelah menganalisis NUN dengan pendekatan objektif, penulis menemuakan bahwa tema drama ini adalah keserakahan manusia dengan mengangkat masalah kehilangan sumber hidup dari alam. Alur drama ini adalah alur maju. Amanat NUN adalah kita harus menjaga alam sebaik-baiknya agar sumber kehidupan manusia tidak hilang.

4.2  Saran
Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dari hasil analisis ini. Penulis
berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar hasil analisi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.




DAFTAR PUSTAKA


Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung:Alfabeta

Gunandi, Tateng dan Erfi Firmansyah.2008.Bahasa Indonesia.Bogor:Arya Duta

Prasmadji, R.H.2008.Teknik Menyutradarai Drama Konvensional.Jakarta:Balai Pustaka

Siswanto, Wahyudi.2011.Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo